Bagaimana Arduino menjadi sebuah Culture ?

Dalam kesempatan kali ini, saya akan bercerita sedikit tentang Arduino, suatu istilah hardware yang sangat populer di dunia pada umumnya, termasuk di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Toko-toko online bermunculan menjual hardware dan aksesoris Arduino. Begitu pula berbagai kalangan orang dari  sekolah dan komunitas di Indonesia berlomba-lomba mengasah kreativitas mereka dengan menciptakan hal-hal baru menggunakan Arduino. Untuk yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan Arduino, saya akan jelaskan secara garis besar tentang Arduino ini, dan hanya menyentuh sedikit sisi teknisnya. Namun untuk yang sudah tahu tentang Arduino, mungkin tidak ada salahnya membaca untuk mengetahui opini saya tentang Arduino  :).

Secara fisik real, Arduino merupakan sebuah hardware mikrokontroler kecil berwarna biru yang berlogo seperti angka 8 tidur dengan simbol – dan + di tengah-tengah tiap lingkaran tersebut. Pada board ini terdapat sebuah chip sebagai otaknya, konektor untuk power supply,  beberapa pin digital dan analog untuk disambung dengan sensor / aktuator, dan juga konektor USB (untuk mendownload program menggunakan komputer)

 

ArduinoUno_r2_front450px

 

 

Namun Arduino bukan hanya berupa hardware mikrokontroler biasa, tetapi Arduino merupakan sebuah open-source platform di bidang elektronika  yang dibuat berdasarkan konsep hardware dan software yang mudah digunakan. Arduino dapat dibeli langsung dalam keadaan jadi (pre-assembled) atau apabila sang penggemar hardware hendak membuat Arduino dari nol, design hardware diberikan secara cuma-cuma di internet. Selain itu, team dari Arduino yang dikepalai oleh Mr. Massimo Banzi, memberikan kemudahan lain yaitu dengan memberikan secara cuma-cuma Software Arduino  IDE (Integrated Development Environment) yang dapat digunakan untuk memprogram hardware Arduino menggunakan bahasa pemrograman umum C dan C++. Jaman sebelum ada Arduino, mikrokontroler memang sudah ada, namun untuk mempelajari cara untuk memprogram dan untuk memprogramnya sendiri membutuhkan usaha yang lebih sulit dan lama (salah satunya dengan mempelajari bahasa Assembly). Dengan Software Arduino IDE ini, belajar dan praktek pemrograman jauh lebih singkat dan mudah.

Sekedar informasi, asal muasal nama Arduino ini dipilih oleh para pendiri perusahaan Arduino, dikarenakan mereka sering berkumpul untuk berdiskusi di suatu pub yang bernama Arduino di Italia. Nama Arduino sendiri merupakan nama seorang raja abad ke-11 dari Italia Utara.

Dengan berbagai kemudahan (termasuk harga hardware yang murah) yang diberikan oleh para pencipta Arduino, maka makin banyak orang yang dapat memprogram mikrokontroler; secara tidak langsung banyak hal-hal dan temuan baru yang diciptakan melalui Arduino ini. Arduino yang tadinya hanya merupakan perusahaan kecil di Italia berubah menjadi suatu “culture” dan sumber dari kreativitas baru. Suatu paradigma bahwa sistem / alat yang tadinya hanya bisa dikembangkan oleh insinyur-insinyur perusahaan elektronika besar, telah berubah. Orang-orang awam (dari berbagai macam usia) dapat mengembangkan penemuan baru di garasi rumah mereka masing-masing menggunakan alat bantu berupa Arduino.

Culture Arduino pun semakin berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat terlihat dari  makin banyaknya blog teknis tentang Arduino, anggota-anggota komunitas penggemar Arduino yang sangat aktif saling membantu di forum internet, bekerja saling sharing ilmu, source code, dan juga membuat berbagai macam C / C++ library untuk mempermudah pengembangan Arduino. Module-module tambahan (biasa dipanggil Arduino shield) yang merupakan extra attachment dari Arduino semakin banyak dikembangkan oleh para penggemar Arduino dan diperjualbelikan secara bebas di internet.

 

10_Shield2

 

Menurut saya, efek pengembangan Culture Arduino yang berkelanjutan inilah yang menghasilkan efek domino yang sangat kuat, salah satunya adalah lahirnya proyek-proyek “Crowdsourcing” di website Kickstarter . Bisa dilihat kebanyakan proyek-proyek Kickstarter dikembangkan pada tahap awal menggunakan Arduino. Selain itu konsep Arduino ini, juga merupakan salah satu penyulut api terlahirnya konsep  “Internet of Things”, di mana mikrokontroler seperti Arduino dapat berkomunikasi ke perangkat lainnya  / Cloud menggunakan internet. 

So, What is your Arduino culture ?

Apabila anda hendak mengetahui cara menerapkan konsep Internet of Things menggunakan Arduino, jangan lupa untuk ikuti dan pantau terus blog ini 🙂

 

Kesimpulan tentang Arduino:

  • Open-source Hardware
  • Open-source IDE Software
  • Hardware Design yang unik (modular menggunakan Shield)
  • Support dari komunitas
  • Tersedia berbagai macam library
  • Low cost
  • Mudah dipelajari
  • Alat prototyping yang reliable
  • Dapat dipakai untuk menerapkan konsep Internet of Things

 

 

Martin Kurnadi on twitterMartin Kurnadi on linkedin
Martin Kurnadi
Co-founder at IOT.CO.ID
Martin Kurnadi adalah salah satu founder dari IOT.CO.ID, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan produk dan jasa dari Internet of Things di Indonesia. Martin memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang Otomatisasi Industri, Pengembangan Produk, dan Manajemen. Kontak saya di : martin.kurnadi@iot.co.id

2 responses to “Bagaimana Arduino menjadi sebuah Culture ?

  1. Hi Martin,

    Saya kurang sering melihat adanya kegiatan seperti meetup IoT di Bandung,
    Terakhir saya tau hanya dari Makerspace Jakarta yang kebetulan lagi di Bandung.
    apakah ada ide untuk melaksanakannya? sekedar ngobrol2 mengenai apa saja yang bisa kita lakukan untuk Bandung.

    ~y

Comments are closed.